Jakarta –
Banyak orang yang menganggap migrain sebagai sakit kepala biasa. Faktanya, sakit kepala akibat migrain bisa membuat pengidapnya kesulitan menjalani Karya sehari-hari. Justru migrain menjadi penyebab Penyandang Disabilitas nomor dua Ke wanita maupun pria, yang berdampak penurunan Mutu hidup Ke pengidapnya.
Indonesia menjadi salah satu Negeri tertinggi penyumbang Tindak Kejahatan migrain Di dunia. Menurut data Di Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) 2019, indonesia menduduki Pangkat keempat penyumbang Tindak Kejahatan migrain Di dunia, Bersama total Tindak Kejahatan sebanyak 3,5 juta orang.
Adapun prevalensi migrain lebih banyak diidap Dari kelompok usia 30 hingga 39 tahun. Terlebih, Kebugaran ini lebih banyak dialami Dari wanita Di Ke pria Lantaran berkaitan Bersama faktor hormon.
“Prevalensi wanita 18,9 persen Sambil laki-laki 9,8 persen,” kata spesialis neurologi, Dr dr Restu Susanti, SpN, SubspNN(K) M Biomed Di webinar Persatuan Praktisi Medis Neurologi Indonesia (PERDOSNI), Kamis (13/6/2024).
Apabila berdasarkan status, dr Restu menyebut Tindak Kejahatan migrain lebih banyak ditemukan Ke wanita yang sudah menikah dibandingkan yang belum menikah.
Hal ini, kata dr Restu, bisa berdampak negatif Di hubungan perkawinan dan pengasuhan anak-anak.
“Di Iran dilaporkan 3 kali lebih sering Ke wanita yang sudah menikah daripada belum menikah, Di China juga seperti itu Di laporannya. Karena Itu kalau kita baca Di sini, ini bukan faktor risiko, nanti orang tidak mau menikah, tapi trigger Kebugaran-Kebugaran pernikahan,” ucapnya lagi.
Meski begitu, dr Restu menegaskan menikah bukan sebagai faktor risiko Gangguan migrain, melainkan sebagai sebuah ‘trigger’ Di faktor risiko Tekanan, salah satu penyebab Kebugaran tersebut.
“Menikah bukan faktor risiko Sebagai migrain. Tapi status pernikahan memang keluhan kejadian migrain banyak ditemukan Ke wanita yang sudah menikah,” katanya.
“Tapi tidak semua pula akibat menikah orang Tekanan kan. Karena Itu kita harus menyikapi bahwa Bisa Jadi Tekanan Di luar dan menikah kita ada teman bicara dan lain-lain, tentu kita Akansegera berkurang stresnya. Yang ingin dicapai Di sini adalah trigger yang dipicu Dari pernikahan salah satunya Tekanan,” sambungnya lagi.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Para Istri Merasa Lebih Sering Migrain Sesudah Nikah? Praktisi Medis Bicara Kaitannya