Jakarta –
Insiden turis Brasil, Juliana Marins (27) dan kecelakaan pendaki lain hingga meninggal dunia Ke Gunung Rinjani menjadi pelajaran mahal dan menjadi bukti bahwa pendakian tidaklah sesederhana itu. Pendaki harus menyiapkan fisik maupun mental, juga perlengkapan dan peralatan pendakian Bersama matang.
Pernyataan itu diungkapkan Wanadri atau Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri, organisasi pecinta alam tertua Ke Indonesia yang didirikan Ke 1964. Mereka berbelasungkawa Untuk pendaki Brasil yang meninggal dan mengapresiasi usaha Skuat SAR.
“Awalnya kita ikut turut bela sungkawa ya Pada kejadian ini, terutama Pada korban dan keluarganya ya. Kedua, kita patut apresiasi dan bangga kepada Skuat besar kita yang sudah bersusah payah Bersama medan yang cukup berbahaya yang Ke nyatanya bisa mengevakuasi jenazah korban Bersama baik sampai Ke tempat yang semestinya,” kata Alisar, ketua Komisi Operasional Dewan Normatif Wanadri dan Ketua Monev Recruitment Wanadri dihubungi detikcom, Kamis (26/6/2025).
Alisar mengatakan pesona Rinjani memang tak hanya memikat pendaki nasional, Tetapi juga wisatawan internasional. Tetapi, ketinggian, suhu dingin, dan trek yang menantang, membuat siapapun yang mendaki Gunung Rinjani harus harus Merencanakan diri sebaik Bisa Jadi. Justru bukan hanya Untuk pendakian Rinjani, Tetapi gunung-gunung lain Ke Indonesia.
“Kita tahu kan Rinjani kan memang salah satu gunung seksi Ke Indonesia tujuan destinasi wisata pendakian baik itu Untuk Ke penggiat nasional maupun internasional kan gitu satu. Dan kita bicara tetap Yang Terkait Bersama Bersama apa-apa yang harus dilakukan Untuk pendakian gunung ya, terutama pendakian gunung lah kegiatan alam terbuka,” kata dia.
“Yang perlu kita perhatikan adalah kalau kita ingin berkegiatan Ke alam terbuka terutama pendakian gunung yang harus kita perhatikan adalah faktor risiko dulu yang harus kita pelajari ya. Ada dua faktor resiko kalau kita bermain Ke alam terbuka terutama kita mendaki gunung,” kata dia.
Jangan Lihat Indahnya Saja, tapi Juga Perhitungkan Potensi Bahaya
Alisar mengatakan faktor pertama yang harus diketahui pendaki adalah faktor bahaya bahaya subjektif. Lalu, faktor kedua ada bahaya objektif.
“Bahaya subjektif adalah bahaya yang berasal daripada Ke pelaku atau penggiat itu sendiri. Contoh, kesiapan fisik, pengetahuan, perlengkapan, segala macam. Yang kedua adalah faktor bahaya objektif. Bahaya objektif itu berasal Di faktor eksternal atau alam yang Berencana kita kunjungi, seperti cuaca, medan yang sulit, binatang buas, dan lainnya,” kata dia.
Untuk Berjuang Bersama bahaya-bahaya itu dibutuhkan kesiapan para pendaki Sebelumnya berangkat. Penting sekali Untuk mencari tahu bagaimana Medan yang Berencana dilalui Pada pendakian.
“Nah, yang bisa kita mitigasi atau kita minimal secara mandiri adalah bahaya subjektif yang berasal Di diri sendiri. Apa artinya? Kita harus pelajari betul Ke mana kita Berencana pergi, fisiknya harus kita siapkan, peralatan apa yang harus kita siapkan, supaya kita Di melakukan perjalanan tersebut aman, nyaman, dan selamat. Yang bisa kita minimalkan adalah kita pelajari dulu karakteristik gunung atau medan yang Berencana kita lalui tersebut,” kata dia.
Alisar mengatakan pendakian Gunung Rinjani memang berat, Tetapi bukan berarti dilarang Untuk pendaki pemula. Dia tidak mempermasalahkan Gunung Rinjani didaki Bersama pendaki berpengalaman maupun yang pemula. Dia menekankan soal persiapan masing-masing pendaki.
“Masalah bisa didaki atau enggak Bersama siapapun tergantung Di beberapa faktor Ke atas tersebut. Kalau misalkan pemula pun secara fisik, pengetahuan dan perlengkapannya dia siap, tidak ada masalah. Toh juga si fasilitator Ke sana kan sudah menyiapkan SOP Bersama harus meng-hire pemandu atau porter,” katanya.
Alisar tidak memungkiri ada perbedaan yang dimiliki Bersama pendaki kawasan dan pemula Pada mendaki gunung. Perbedaan itu ada Ke pengetahuan soal medan gunung.
“Beda Di pemula Bersama pendaki yang berpengalaman adalah sisi Pendesainan. Contoh begini, pemula itu kadang-kadang biasa tidak berpikir, tidak terbayang kondisinya Berencana bagaimana, berapa lama, perjalanan 10-12 jam itu seberapa lama, bagaimana cuaca dan juga ketinggian. Bersama Sebab Itu hal-hal tersebut yang belum terbayangkan Bersama pemula. Nah, ini bisa diantisipasi Bersama persiapan fisik yang cukup mumpuni,” kata dia.
“Bersama Sebab Itu jangan sampai ada pendaki pemula, tidak siap apa-apa, walaupun bawa porter banyak, itu tetap berisiko berat Ke Rinjani,” kata dia.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Dear Pendaki, Jangan Asal FOMO Naik Gunung, Persiapkan Diri Lebih Dulu Ya