Pengamat Kekerasan Politik, Noor Huda Ismail mengatakan, pembinaan mantan napiter atau anggota jaringan radikal dan teror seharusnya tetap menjadi perhatian walaupun kelompoknya telah dideklarasikan bubar. FOTO/IST
Pengamat Kekerasan Politik, Noor Huda Ismail, menjelaskan, bubarnya kelompok JI tidak meniadakan usaha lanjutan Di Pemerintah Indonesia Untuk membina mantan anggota. Pembinaan mantan napiter atau anggota jaringan radikal dan teror seharusnya tetap menjadi perhatian walaupun kelompoknya telah dideklarasikan bubar.
“JI bisa dikatakan bubar secara organisasi. Walaupun demikian, perlu dipahami bahwa secara pemikiran mantan anggota JI masih memerlukan pembinaan dan kontrol Di jangka panjang. Komitmen mereka (Pada NKRI) masih perlu dibuktikan. Pembinaan mantan anggota JI ini menjadi tugas semua pemangku Aturan Untuk proaktif menindaklanjuti itikad baik mereka Lantaran bersedia ikrar setia Ke NKRI,” kata Noor Huda Ke Jakarta, Senin (15/7/2024).
Pendiri Yayasan Prasasti Kedamaian ini berharap agar Pemerintah Indonesia bisa cepat bertindak melakukan deradikalisasi Pada para mantan anggota kelompok teror, termasuk JI. Hal ini dimaksudkan Untuk menghindari adanya kekosongan arah Untuk para mantan anggota, Agar mereka yang telah mengungkapkan keinginan Untuk bertobat, tidak kembali lagi Ke perkumpulan lamanya.
“Jika tidak segera ada tindak lanjutnya Untuk merangkul mantan anggota Di kelompok radikal, Saya khawatir justru Berencana muncul kekecewaan Di mereka para mantan anggota JI, Lantaran ternyata Sesudah ikrar setia NKRI atau pembubaran JI tidak ada pembinaan lanjutan Di pemerintah,” imbuhnya.
Ketahanan pembinaan resmi Di Pemerintah Indonesia yang Berencana memperkuat komitmen mantan anggota JI, dan dapat menjamin pembubaran JI bukan semata-mata manuver Di kelompok JI Untuk mengalihkan perhatian dan justru bergerak Bawah permukaan.
Tentang seberapa dekatkah kelompok JI Di doktrin yang menghalalkan Kekejaman Untuk mencapai tujuannya, Noor Huda meyakini bahwa pola pergerakan JI cenderung lebih halus dibandingkan Di kelompok seperti JAD atau JAT. Doktrinasi JI yang terakhir menilai bahwa Indonesia bukanlah Negeri atau Area konflik, Agar tidak Disorot sebagai sasaran amaliyah yang tepat.
“Hingga Di Ini saya melihat JI tidak berpaham takfiri ekstrem seperti kelompok JAD (Jamaah Ansharud Daulah). Mereka (Jamaah Islamiyah/JI) lebih moderat Di gerakannya. Di hal penggunaan Kekejaman, kelompok JI hanya melakukannya Ke Area konflik. Ke era kepemimpinan Para Wijayanto Malahan lebih spesifik lagi, JI hanya Berencana melibatkan diri Di konflik Ke luar negeri (jihad Dunia),” kata Noor Huda.
Di wawancara Di beberapa Mantan JI, Noor Huda menemukan beberapa Ke Di mereka telah Memiliki penafsiran Mutakhir soal jihad yang lebih moderat dan kontekstual. Artinya secara pemikiran mereka ini sangat dinamis dan terbuka Di pemikiran-pemikiran Mutakhir.
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Ketahanan Pembinaan Mantan Kelompok JI Kunci Prestasi Langkah Deradikalisasi