Mantan Komandan Denjaka Mayjen TNI (Mar) (Purn) Yussuf Solichien mengisahkan pengalamannya Merasakan telepon Di Prabowo Subianto Sebagai menyelamatkan mantan Danjen Kopassus Letjen (Purn) Kuntara. Foto/Istimewa
Yussuf menuturkan Menyambut telepon pagi-pagi buta Di Danjen Kopassus Mayjen TNI Prabowo Subianto sekira pukul 06.00 WIB Di akhir bulan September 1996. Prabowo mengabarkan bahwa kapal feri yang mengangkut rombongan mantan Pangkostrad Kuntara mogok Di Ditengah laut Di perjalanan Di Carita Hingga Krakatau Di Selat Sunda.
Kuntara ternyata menghubungi Kopassus Sebagai meminta Pemberian SAR. Akan Tetapi, kesatuan yang dipimpin Prabowo kala itu tidak Memperoleh sarana prasarana Sebagai tindakan pencarian dan penyelamatan Di laut.
Prabowo berpikir solusi terbaik adalah menghubungi TNI Angkatan Laut. Di benak Prabowo bila bicara TNI AL, hanya ada satu nama yang selalu diingat, yaitu Yussuf Solichien.
“Itulah mengapa dia menghubungi saya Sebagai minta Pemberian. Saya menyarankan agar Danjen Kopassus itu menghubungi KSAL atau Panglima Armada,” ujar Yussuf dikutip Di Bacaan Against All Odds: Ada Kemauan, Tidak Ada yang Tak Bisa Jadi Autobiografi Yussuf Solichien M, Prajurit Marinir Yang Menjadi “Panglima” Nelayan, Rabu (25/6/2024).
Mendengar jawaban Yussuf, Prabowo lalu menjawab, “Yussuf, Di Angkatan Laut itu yang aku kenal hanya kamu, tolong, ya!”
“Ok, aku Berencana bantu segera, standby ya, nanti aku kabarin,” jawab Yussuf sebagai sahabat mencoba memenuhi permintaan Prabowo.
Yussuf lantas tidak langsung melaporkan Hingga Panglima Armada, tetapi menghubungi Perwira Dinas (Padis) Armada Barat yang bertugas jaga hari itu. Dia menanyakan posisi kapal-kapal dan pesawat udara Armada Barat Di itu yang bisa cepat digerakkan Hingga Selat Sunda.
Di Padis, Yussuf Sesudah Itu Menyambut informasi bahwa kapal-kapal TNI AL yang posisinya Disekitar Selat Sunda terdapat Di Tanjung Karang, Bangka, dan Palembang. Helikopter dan fixed wing TNI AL standby Di Lanud Halim Jakarta dan Tanjung Pinang.
Dia Sesudah Itu menghubungi Komandan Denjaka, Mayor Marinir Alfan Baharudin dan memintanya menyiapkan satu Regu yang bertugas melaksanakan SAR sambil menunggu perintah Di Pangarmabar. Mayor Alfan melaporkan kepada saya bahwa ada sebuah helikopter TNI AL yang siap Di Markas Denjaka Di Cilandak.
“Saya minta helikopter itu juga standby Sebagai Meninjau evakuasi Pak Kuntara,” ucapnya.
Sesudah mengetahui posisi semua kapal dan pesawat udara Armabar yang berada Di Disekitar Selat Sunda, Yussuf menghadap Pangarmabar Laksamana Muda Ahmad Sutjipto Di pukul 07.00 WIB pagi. Pangarmabar Di itu berada Di Lanud Halim Perdanakusuma Di rangka persiapan Hari ABRI 1996.
“Saya melaporkan permintaan Pemberian SAR Di Danjen Kopassus Sebagai melaksanakan evakuasi rombongan Pak Kuntara dan sekaligus melaporkan posisi dan kesiapan kapal-kapal dan pesawat udara Armabar yang bisa digerakkan Hingga Selat Sunda, termasuk kesiapan Regu Denjaka Sebagai membantu penyelamatan,” tutur mantan Komandan Pangkalan Utama TNI AL V/Jayapura, Papua ini.
Yussuf juga memohon kepada Pangarmabar Sebagai meminta izin kepada KSAL agar bisa mengerahkan Regu Denjaka Sebagai membantu operasi penyelamatan. Sesudah melaporkan situasi dan Kebugaran yang ada, Lanjutnya Yussuf mohon petunjuk Sebagai melaksanakan operasi penyelamatan tersebut.
“Ya sudah, kamu bantu saja!” kata Yussuf menirukan ucapan Pangarmabar.
Lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) Angkatan Hingga-19 tahun 1973 ini keudian menyarankan agar Asisten Operasi (Asops) Armabar yang mengendalikan operasi penyelamatan itu.
“Pak Tjipto (begitu kami memanggil beliau) langsung menjawab, ‘Nggak usah, kamu saja yang mengendalikan dan segera kerjakan!’,” katanya.
“Siap Panglima, laksanakan,” Yussuf pun menjawab.
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Cerita Komandan Denjaka Ditelepon Prabowo Selamatkan Kapal Mantan Danjen Kopassus Mogok Di Selat Sunda











