Jakarta –
Salah satu risiko Olahragawan ketika Aktivitasfisik adalah Merasakan kolaps atau pingsan. Salah satu penyebab seseorang roboh ketika beraktivitas adalah adanya gangguan Di jantung. Baik itu henti maupun serangan jantung.
Spesialis jantung dan pembuluh darah, dr Vito A Damay, SpJP(K) mengungkapkan prosedur cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau pijat jantung cukup Sebagai membantu menyelamatkan seseorang yang kolaps ketika Aktivitasfisik.
“Seringkali orang lagi badminton kolaps, Lagi marathon kolaps. Seringkali yang disalahkan adalah responsnya. Kalau ingat Manajer sepak bola Denmark yang lagi tanding, kolaps, apa yang terjadi? Teman-temannya datang langsung melakukan CPR, melakukan pijat jantung. Dia selamat nggak? Untungnya dia selamat,” kata dr Vito dikutip Bersama siniar Kemenkes, Selasa (11/6/2024).
Akan Tetapi, dr Vito melanjutkan jika banyak Komunitas Di Indonesia yang masih belum mengerti bagaimana merespons atau membantu seseorang yang roboh ketika Aktivitasfisik. Menurutnya, kalaupun ada yang melakukan CPR, tindakannya masih belum benar.
“Apa yang terjadi ketika video-video orang yang kita lihat, yang suka beredar Di Indonesia, orangnya nggak selamat. Ada yang ngelakuin CPR? Saya jarang sekali lihat orang ngelakuin CPR Bersama benar,” kata dr Vito.
Justru, lanjut dr Vito, tak sedikit Bersama Komunitas Indonesia yang justru salah Untuk Memberi pertolongan ketika menemukan orang yang henti jantung atau terkena serangan jantung Pada Aktivitasfisik.
“Bersama video-video yang beredar, saya sering melihat orang yang menolongnya salah. Tapi kalau Anda lihat, entah ditepok-tepok lah lehernya, didudukin, tangannya ditepok-tepok, kupingnya dipijat-pijat, dadanya dielus-elus, atau ada yang ngebiarin aja Lantaran takut dan nggak bisa (nolong),” tambah dr Vito.
Ahli Kemakmuran Vito menambahkan jika menemukan seseorang yang tiba-tiba kolaps tanpa adanya tubrukan Bersama orang lain, harus dicurigai bahwa itu henting jantung. Agar, perlu diberikan pertolongan berupa CPR atau pijat jantung.
“Yang harus dilakukan adalah CPR atau pijat jantung luar. Nggak usah mulut Di mulut, nggak perlu mulut Di mulut. Pijat jantung luar aja cukup, itu sudah Memperbaiki survival 17 persen sampai yang paling tinggi 40 persen, ya walaupun itu kita tergantung faktor Kesejaganan,” kata dr Vito.
“Tapi pasti Akansegera lebih baik, dibanding kalau didiamkan begitu saja. Ketika hal itu terjadi Di Di kita, jangan didiemin orang seperti itu, tolong,” tutupnya.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Pertolongan Pertama Serangan Jantung Pada Latihan, Bukan Ditepuk-tepuk!