Apakah Najis Konsumsi Hasil Sawah yang Dialiri Air Bekas Cuci Babi?

Jakarta –

Beberapa waktu lalu viral Perkara Hukum Hukum babi dimandikan Di pinggir sawah jalur Pantura. Air bekas cuci babi ini pun Masuk Di sawah yang hasilnya nanti dinikmati muslim. Lantas, apakah hasil sawah tersebut halal?

Di awal Mei 2025 viral video yang Menunjukkan Aksi Massa pemandian ratusan ekor babi Di Jalur Pantura Desa Eretan Kulon, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Warga merekam Aksi Massa tersebut Lantaran geram lantaran oknum sopir truk sering menyiram ratusan babi dan kotorannya Di irigasi persawahan.

“Nah ini memandikan babi dan airnya Masuk Di sawah. Nah ini prosesnya, mohon bupati, wakil bupati, danramil. Mas, sampean tahu nggak airnya itu ngalir Di sawah dan itu najis, sampean paham nggak?,” kata-kata warga perekam video tersebut dikutip detikJabar, Rabu (7/5).

Warga yang melabrak truk pengangkut babi, Jay Kresna, Menginformasikan praktik ini sudah terjadi bertahun-tahun. Malahan dulu sampai Di Kegiatan pemotongan dan pembuangan limbahnya.

Hal ini meresahkan banyak muslim Lantaran jelas babi termasuk najis mughallazhah (najis berat). Lalu, bagaimana status najis airnya jika air bekas cuci babi Masuk Di tanah? Apakah sawah dan hasil panennya menjadi tidak halal?

Mengutip Instagram @halalcorner (12/5/2025), berdasarkan pendapat kuat Bersama Mazhab Syafi’i, air percikan atau air bekas Bersama basuhan najis berat (babi dan anjing) adalah najis apabila percikan itu datang Bersama basuhan pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam. Sambil Itu air basuhan najis berat ketujuh sifatnya suci.

Bagi Perkara Hukum Hukum ini, hasil sawah yang dialiri air cuci babi Di Umumnya Dikatakan HALAL, asalkan air yang Masuk Di sawah tidak berubah warna, bau, dan rasanya Lantaran najis babi.

Sebagai Alternatif, jika ada perubahan warna, bau, dan rasa Di air bekas memandikan babi, berarti air menjadi NAJIS. Hasil sawah yang dialiri air tersebut pun hukumnya HARAM dikonsumsi muslim.